Kreativitas ialah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menghasilkan suatu ide atau produk yang baru yang memiliki nilai kegunaan, dimana hasil dari ide atau produk tersebut diperoleh melalui proses kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman, tetapi mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya.
Kreativitas menjadi penentu perkembangan peradaban
manusia. Kreativitas merupakan tingkatan tertinggi dalam proses berpikir
manusia. Demikian halnya dengan anak usia dini, dalam pendidikan anak usia dini
kreativitas sangat penting untuk dikembangkan. Pendidikan pada saat anak usia
dini menjadi suatu pondasi yang kuat bagi tahap perkembangan selanjutnya. Oleh
karena itu anak usia dini harus diberikan stimulasi yang tepat dalam
mengembangkan kreativitas mereka sesuai dengan tahap perkembangan dan gaya
belajar masing-masing. Melalui kreativitas anak diajak untuk berpikir kritis
tentu saja dengan cara yang sederhana namun akan menjadi suatu pondasi sikap,
perilaku dan cara berpikirnya kelak. Berbagai teori yang digunakan sebagai
pendekatan dalam proses kreativitas pada anak usia dini diharapkan akan dapat
membantu proses kreatif agar terlaksana lebih optimal. Teori pengembangan kreativitas anak usia dini:
a. Teori
Psikoanalisis
Sigmund Freud merupakan orang yang pertama kali
membicarakan tentang kreativitas (Jamaris, 2010). Sigmund percaya bahwa
kreativitas merupakan hasil dari konflik bawah sadar antara dorongan seksual
(libido) id dan pengaruh hati nurani sosial (superego). Dia juga menyarankan
bahwa bermain bebas dan regresi anak kecil merupakan aktivitas kreatif.
Dipercayai bahwa konflik dan kesulitan dapat memberikan motivasi untuk berbuat
kreatif.
b.
Teori Gestalt
Teori
Gestalt dalam kreativitas mengemukakan bahwa kreativitas merupakan suatu
kemampuan mental yang dalam pemecahan masalah mempunyai fase pemecahan masalah
sebagai berikut(Rebecca & Raines, 2007):
a)
Fase Persiapan/preparing, Fase pengumpulan informasi yang berkenaan dengan
masalah yang akan dipecahkan.
b)
Fase Pematangan/incubation.,Fase ini adalah fase saat individu berusaha memahami informasi-informasi
yang telah berhasil dikumpulkan untuk memecahkan masalah.
c)
Fase Penemuan ide/illumination,Saat individu menemukan solusi dari masalah yang
dihadapi inilah disebut fase penemuan ide.
d)
Fase Verifikasi/verivication, Fase ini adalah fase saat individu mencocokkan apakah pemecahan
masalah yang telah dilakukan sudah sesuai dengan hasil yang diharapkan.
c. Teori
Konstruktivistik
Konstruktivistik
merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan kebebasan
dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman atau
dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar
menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang
diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Dalam
pendidikan AUD harus berorientasi pada perkembangan anak, dan harus secara
menyeluruh untuk mengembangkan potensi anak dengan menstimulasi semua aspek
perkembangan anak seperti (Nilai Agama & Moral, Sosial Emosional, Fisik
Motorik, Kognitif, Bahasa, Seni). Salah satu contoh meningkatkan kreativitas
anak adalah menggunakan media bahan kertas misalnya kokoru. Kokoru adalah
singkatan dari Colour Corrugated Paper artinya kertas berwarna yang bergelombang atau kertas
bergelombang warna. Kokoru itu
kertas kardus yang bergelombang yang memiliki warna sangat menarik. Kokoru digunakan
untuk membantu proses tumbuh kembang anak
dengan
merangsang motorik dan otak kanan mereka, sehingga kreativitas anak-anak yang
menggunakannya ikut terstimulus.
Kerajinan kokoru masih berhubungan dengan seni melipat kertas hanya saja
ada penambahan pada seni menggunting. Kokoru lebih banyak proses
menggulung, menggunting dan menempel.
Pengembangan kreatifitas
melalui tekhnik bahan kertas kokoru ini
memiliki banyak sekali manfaat, terutama bagi aspek perkembangan anak usia
dini. Berikut perincian manfaat kegiatan
ini bagi aspek perkembangan anak :
·
Mengembangkan NAM, Melalui permaianan ini anak dibiasakan
melakukan kegiatan bermanfaat, dan diajak bersikap religius seperti berdoa
sebelum dan setelah melakukan kegiatan.
·
Mengembangkan sosial emosional dan kemandirian, Melalui
permaianan ini anak dapat bermain bersama teman sambil berkarya. Dan juga
melatih bertanggung jawab, menghargai hasil karya, baik karya sendiri maupun
karya orang lain.
·
Mengembangkan kognitif, Memalui permaianan ini anak akan
berfikir dan berimajinasi tentang apa yang bisa dia bentuk dari
kertas kokoru tersebut.
·
Mengembangkan bahasa, Melalui permaianan ini pendidik dan
peserta didik dapat melakukan komunikasi tentang apa yang akan dibuat anak, dan
anak menceritakan hasil karyanya kepada guru dan teman-teman.
·
Mengembangkan fisik motorik dan seni. Melalui permainan ini
jari-jemari anak akan bekerja. Mereka aktif menggerakkan jari-jarinya dalam
menggulung kertas kokorunya dan membentuk miniatur yang dia inginkan. Kegiatan
ini dapat membantu keterampilan motorik halus anak yang memang sedang
berkembang sekaligus mengembangkan seni pada diri anak melalui bentuk yang
indah-indah.
Setiap
aspek perkembangan yang dilalui anak pasti memiliki faktor yang dapat mengembangkan kreativitas anak. Kreativitas anak
dapat meningkat jika hal-hal dibawah ini diberikan sedini mungkin. (Elizabeth,
2013) yaitu:
·
Waktu, Anak akan menjadi lebih kreatif apabila anak mendapatkan waktunya
untuk bermain, bereksplorasi, bereksperimen dengan bebas.
·
Kesempatan menyendiri, Anak memerlukan kesempatan menyendiri untuk
mengembangkan imajinasinya.
·
Dorongan/motivasi, Dorongan atau motivasi merupakan “bahan bakar”
penghasil kreativitas bagi anak.
·
Sarana, sarana untuk bermain yang memiliki kesempatan untuk bereksplorasi,
menemukan, mengekspresikan perasaan dan berkreasi.
·
Lingkungan yang dapat merangsang kreativitas anak.
·
Orang tua yang tidak posesif. Orang tua yang tidak terlalu posesif terhadap anak,
mendorong anak untuk mandiri dan percaya diri, dua kualitas yang sangat
mendukung kreativitas.
·
Cara mendidik anak, mendidik anak secara demokratis di rumah dan sekolah
dapat meningkatkan kreativitas.
Guru
memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan anak selama memberikan
stimulasi yang sesuai dengan karakteristik anak. Semua anak pada dasarnya
kreatif, tergantung usaha yang dilakukan orang dewasa sekitar anak dalam
menciptakan lingkungan yang membuat kreativitas salah satu faktor penting dalam
usaha menumbuh-kembangkan kreativitas anak usia dini. Sebagai guru seharusnya
selalu menghargai pertanyaan, ide, dan imajinasi anak. Apabila anak merasa
dihargai ia akan merasa percaya diri sehingga mereka dapat mewujudkan idenya
untuk menghasilkan sebuah kreativitas. Kesimpulannya yaitu guru menjadi salah
satu faktor memiliki peran besar dalam upaya mengembangkan potensi dan
kreativitas anak.
Sebagai
guru atau pendidik yang kreatif hendaklah membuat langkah-langkah pembelajaran
sebelum melaksanakan program pembelajaran. Agar, proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar. Adapun
langkah-langkah pengembangan kreativitas dengan tekhnik bahan kertas (kokoru):
·
Sediakan
kertas kokoru dalam berbagai warna,
lem, gunting, dll.
·
Sediakan
gambar-gambar kokoru yang menarik
sesuai dengan tema yang diambill pada hari itu. Misalnya, tema tanaman jadi
pendidik menyiapkan gambar tanaman, buah yang sudah dihias dengan kokoru.
·
Bagilah
peserta didik menjadi beberapa kelompok dengan anggota 3-4 orang agar
mempermudah anak dalam mengerjakan kreatifitas dan melatih kerjasama anak.
·
Bagikan
kertas kokoru kesetiap kelompok.
·
Berilah
perintah kepada peserta didik untuk membuat karya sesuai dengan keinginan atau
imajinasi anak.
·
Gulung,
gunting, dan tempel kokoru hingga menjadi bentuk yang diinginkan.
·
Hasil
karya anak akan terlihat lebih indah dan menarik.
·
Berilah
tugas kepada anak untuk menceritakan hasil karya yang dibuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar