Jumat, 26 April 2019

“Pengembangan Bahasa dengan tekhnik Syair"



Pengertian Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini (AUD) adalah salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang diekspresikan melalui pemikiran anak dengan menggunakan kata-kata yang menandai meningkatnya kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya.Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, dapat digunakan untuk berfikir, mengekspresikan perasaan dan melalui bahasa dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain.
Bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan. Dengan adanya bahasa, satu individu dengan individu lain akan saling terhubungkan melalui proses berbahasa.Bromley (1992) menjelaskan bahwa bahasa adalah sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal.Pengembangan keterampilan berbahasa pada anak usia dini mencakup empat aspek, yaitu: berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang bersifat produktif karena anak dituntut untuk menghasilkan bahasa. Sebaliknya, keterampilan menyimak dan membaca bersifat reseptif karena anak lebih banyak menyerap bahasa yang dihasilkan oleh orang lain.
Teori yang mempengaruhi pengembangan bahasa AUD, antara lain :
·           Teori Nativisme
Menurut teori nativisme, terdapat keterkaitan antara faktor biologis dan perkembangan bahasa. Pada saat lahir, anak telah memiliki seperangkat kemampuan berbahasa yang disebut ‘Tata Bahasa Umum” atau ‘Universal Grammar’.Teori ini menjelaskan bahwa tidak terdapat keterkaitan antara kemampuan intelegensi dan pengalaman pribadi anak. Meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak mendapatkan banyak rangsangan, anak akan tetap dapat mempelajarinya.Anak tidak sekedar meniru bahasa yang dia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada. Hal ini dkarenakan anak memiliki alat penguasaan bahasa (language acquisition device) dan mampu mendeteksi kategori bahasa tertentu.
·           Teori Behavioristik
Teori behavioristik lebih mengedepankan peran perlakukan lingkungan setelah anak dilahirkan. Ketika dilahirkan, anak tidak memiliki kemampuan apapun. Belajar bahasa harus dengan pengkondisian lingkungan, proses imitasi dan diberikan penguatan.Dengan demikian, pengkondisian lingkungan menjadi sebuah faktor yang sangat kritis karena lingkunganlah yang perlu memberikan pengaturan pada stimulus dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Jika stimulasi bahasa yang diberikan kepada anak baik maka konsekuensi atau hasil yang akan didapatkan oleh anak juga akan baik.
·           Teori Konstruktivisme
Berbeda dengan kedua teori sebelumnya, teori konstruktivisme memandang bahwa ketika anak memperlajari bahasa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya: peran aktif anak terhadap lingkungan, cara anak memproses suatu informasi, dan menyimpulkan struktur bahasa. Melalui proses interaksi dengan orang lain, maka pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang.
Pengembangan kemampuan berbahasa bagi Anak Usia Dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan di sekitar anak antara lain teman sebaya, teman bermain,orang dewasa, baik yang ada di sekolah, di rumah, maupun dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya. Kemampuan bahasa Anak Usia Dini diperoleh dan dipelajari anak secara alami untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga anak akan mampu bersosialisasi, berinteraksi dan merespon orang lain.
Anak belajar bahasa perlu menggunakan berbagai strategi misalnya dengan permainan-permainan yang bertujuan mengembangkan bahasa anak dan penggunaan media-media yang beragam yang mendukung pembelajaran bahasa. Pengembangan berbahasa pada AUD disekolah, lebih ditujukan pada (i) kesanggupan menyampaikan pikiran kepada orang lain, (ii) mengembangkan perbendaharaan kata, (iii) menangkap pembicaraan orang lain, dan (iv) keberanian untuk mengemukakan pendapat. Pengembangan bahasa ini agar dapat dilakukan dengan baik, dan tujuan dapat tercapai, maka guru hendaklah pandai memilih teknik pembelajaran yang relatif sesuai. Metode tersebut adalah salah satunya yakni mengucapkan syair. Mengucapkan syair adalah salah satu bentuk kegiatan belajar pada AUD yang lebih ditekankan pada pengembangan bahasa, khususnya pada upaya menumbuhkan kesiapan membaca dan keberanian tampil berbicara. Hal tersebut dapat dilakukan melalui kesadaran fonologis, yakni melalui kegiatan bernyanyi ataupun berdeklamasi. Kesadaran fonologis merupakan sensitivitas seseorang akan struktur bunyi dari kata-kata yang diucapkan dalam bahasa seseorang. Teknik pengembangan bahasa dengan metode menguapkan syair lebih mengaktifkan kreativitas anak dalam berpikir, bertindak, berasa, secara alamiah. Untuk itu, dalam pelaksanaan pembelajarannya hendaklah dipilih teknik yang tepat agar anak dapat mengembangkan bahasanya secara maksirnal.
Dalam mengembangkan bahasa Anak Usia Dini perlu memperhatikan prinsip sebagai berikut:
·           Sesuaikan dengan tema kegiatan dan lingkungan terdekat.Misalnya tentang tanaman dengan memperkenalkan berbagai buah, sayuran, dll.
·           Pembelajaran harus berorientasi pada kemampuan yang hendak dicapai sesuai potensi anak. Misalnya anak dapat menyebutkan buah kesukaan anak.
·           Tumbuhkan kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan dikaitkan dengan spontanitas. Misalnya anak dapat mengungkapkan pengalamannya yang berkaitan menanam tanaman, pergi ke kebun, dll.
·           Diberikan alternatif pikiran dalam mengungkapkan isi hatinya. Apabila anak sulit untuk mengungkapkan pikirannnya dengan kata-kata bisa dilakukan melalui tulisan atau gambar.
·           Komunikasi guru dengan anak akrab dan menyenangkan
·           Guru bersikap normatif, model, contoh pengguna bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu sebagai berikut:
1.         Kecerdasan, Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, belajar berbicaranya lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul.
2.         Kesehatan, Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadi anggota kelompok social.
3.         Keadaan Sosial Ekonomi, Anak dari kelompok yang keadaan social ekonominya tinggi akan lebih mudah belajar berbicara, mengungkapkan dirinya lebih baik. Penyebab utamanya adalah bahwa anak dari kelompok lebih tinggi lebih banyak didorong untuk lebih berbicara dan lebih banyak dibimbing utnuk melakukannya.
4.         Jenis Kelamin, Anak laki-laki tertinggal dalam belajar berbicara. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak lelaki lebih pendek dan kurang betul tata bahasanya, kosakata yang diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya kurang tepat ketimbang anak perempuan.
5.         Keinginan berkomunikasi, Semakin kuat keinginan utnuk berkomunikasi dengan orang lain, semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan utnuk belajar.
6.         Dorongan / Motivasi, Semakin banyak anak di dorong untuk berbicara dengan mengajaknya bicara, dan didorong menanggapinya, akan semakin unggul mereka dalam berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya.

Langkah – langkah pembelajaran pengembangan bahasa anak melalui tekhnik atau metode pengucapan syair. Materi bersyair dibuat oleh guru sendiri setelah sebelumnya menganalisa kebutuhan anak akan pembelajaran bersyair. Materi dapat mengambil tema yang ada disekitar anak dan familiar dengan kehidupan sehari-hari anak, misal: syair tentang tanaman, makanan, anggota keluarga, lingkungan sekolah, tanah air, dan lain sebagainya. 
Dalam mengajarkan anak bersyair agar tidak hanya menghafal dengan cara menirukan guru saja, maka inovasi pembelajaran bersyair dapat digunakan dengan kegiatan bernyanyi dan berdeklamasi yakni menyajikan sajak lewat nyanyian yang disertai gerak dan mimik yang baik. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
1.        Pendidik menyiapkan syair yang sesuai dengan tema, tema “tanaman”
2.        Pendidik bercerita tentang tema yang sudah dipilih dan bercerita apa itu syair.
3.        Syair yang sudah dibuat, digabungkan dengan nada nyanyian anak-anak seperti lagu balonku, pelangi, dan lain-lain, agar memudahkan anak dalam menghafal nada.
4.        Pendidik mengajak peserta didik membuat syair bersama yang sudah dicocokkan dengan lagu.
5.        Pendidik mempraktekkan kegiatan bersyair/pengucapan syair sesuai irama yang disertai gerak dan mimik yang sesuai dengan syair.
6.        Pendidik mengajak anak bersyair bait demi bait sesuai irama yang disertai gerak dan mimik yang sesuai dengan syair.
7.        Pendidik melatih anak bersyair bait demi bait sesuai irama yang disertai gerak dan mimik yang sesuai dengan syair.
8.        Pendidik memberikan kesempatan kepada anak, siapa yang ingin mencoba bersyair sendiri didepan kelas.
9.        Anak mencoba sendiri tanpa bimingan guru dengan mengikuti irama, gerak, dan mimik yang sesuai dengan syair.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar