Pengertian
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini (AUD) adalah salah satu aspek dari
tahapan perkembangan anak yang diekspresikan melalui pemikiran anak dengan
menggunakan kata-kata yang menandai meningkatnya kemampuan dan kreativitas
anak sesuai dengan tahap perkembangannya.Bahasa merupakan alat untuk
berkomunikasi, dapat digunakan untuk berfikir, mengekspresikan perasaan dan
melalui bahasa dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain.
Bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan. Dengan
adanya bahasa, satu individu dengan individu lain akan saling terhubungkan
melalui proses berbahasa.Bromley (1992) menjelaskan bahwa bahasa adalah sistem
simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang
terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal.Pengembangan keterampilan
berbahasa pada anak usia dini mencakup empat aspek, yaitu: berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan
berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang bersifat produktif karena
anak dituntut untuk menghasilkan bahasa. Sebaliknya, keterampilan menyimak dan
membaca bersifat reseptif karena anak lebih banyak menyerap bahasa yang
dihasilkan oleh orang lain.
Teori yang
mempengaruhi pengembangan bahasa AUD, antara lain :
·
Teori Nativisme
Menurut teori
nativisme, terdapat keterkaitan antara faktor biologis dan perkembangan bahasa.
Pada saat lahir, anak telah memiliki seperangkat kemampuan berbahasa yang
disebut ‘Tata Bahasa Umum” atau ‘Universal Grammar’.Teori ini menjelaskan bahwa
tidak terdapat keterkaitan antara kemampuan intelegensi dan pengalaman pribadi
anak. Meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak mendapatkan banyak
rangsangan, anak akan tetap dapat mempelajarinya.Anak tidak sekedar meniru
bahasa yang dia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang
ada. Hal ini dkarenakan anak memiliki alat penguasaan bahasa (language acquisition device) dan mampu mendeteksi
kategori bahasa tertentu.
·
Teori
Behavioristik
Teori
behavioristik lebih mengedepankan peran perlakukan lingkungan setelah anak
dilahirkan. Ketika dilahirkan, anak tidak memiliki kemampuan apapun. Belajar
bahasa harus dengan pengkondisian lingkungan, proses imitasi dan diberikan
penguatan.Dengan demikian, pengkondisian lingkungan menjadi sebuah faktor yang
sangat kritis karena lingkunganlah yang perlu memberikan pengaturan pada
stimulus dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Jika stimulasi bahasa yang
diberikan kepada anak baik maka konsekuensi atau hasil yang akan didapatkan
oleh anak juga akan baik.
·
Teori
Konstruktivisme
Berbeda dengan
kedua teori sebelumnya, teori konstruktivisme memandang bahwa ketika anak
memperlajari bahasa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya:
peran aktif anak terhadap lingkungan, cara anak memproses suatu informasi, dan
menyimpulkan struktur bahasa. Melalui proses interaksi dengan orang lain, maka
pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang.
Pengembangan kemampuan berbahasa bagi
Anak Usia Dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan
lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan di sekitar anak
antara lain teman sebaya, teman bermain,orang dewasa, baik yang ada di sekolah,
di rumah, maupun dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya. Kemampuan bahasa
Anak Usia Dini diperoleh dan dipelajari anak secara alami untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya sehingga anak akan mampu bersosialisasi, berinteraksi dan
merespon orang lain.
Anak belajar bahasa perlu menggunakan
berbagai strategi misalnya dengan permainan-permainan yang bertujuan
mengembangkan bahasa anak dan penggunaan media-media yang beragam yang
mendukung pembelajaran bahasa. Pengembangan berbahasa pada AUD disekolah, lebih ditujukan pada (i) kesanggupan menyampaikan pikiran kepada orang lain, (ii) mengembangkan perbendaharaan
kata, (iii) menangkap pembicaraan orang lain, dan (iv) keberanian untuk mengemukakan pendapat. Pengembangan bahasa ini agar dapat dilakukan dengan baik, dan tujuan dapat tercapai, maka guru hendaklah pandai memilih teknik pembelajaran yang relatif sesuai. Metode tersebut adalah salah satunya yakni mengucapkan syair. Mengucapkan syair adalah salah satu bentuk
kegiatan belajar pada AUD yang lebih ditekankan pada pengembangan bahasa, khususnya pada upaya menumbuhkan kesiapan membaca dan keberanian tampil berbicara. Hal tersebut dapat dilakukan melalui kesadaran fonologis, yakni melalui kegiatan bernyanyi ataupun berdeklamasi. Kesadaran fonologis merupakan sensitivitas seseorang akan struktur bunyi dari kata-kata yang diucapkan dalam bahasa seseorang. Teknik pengembangan bahasa dengan metode menguapkan syair lebih mengaktifkan kreativitas anak dalam berpikir, bertindak, berasa, secara alamiah. Untuk itu, dalam pelaksanaan pembelajarannya hendaklah dipilih teknik yang tepat agar anak dapat mengembangkan bahasanya secara maksirnal.
Dalam
mengembangkan bahasa Anak Usia Dini perlu memperhatikan prinsip sebagai
berikut:
·
Sesuaikan
dengan tema kegiatan dan lingkungan terdekat.Misalnya tentang tanaman dengan
memperkenalkan berbagai buah, sayuran, dll.
·
Pembelajaran
harus berorientasi pada kemampuan yang hendak dicapai sesuai potensi anak.
Misalnya anak dapat menyebutkan buah kesukaan anak.
·
Tumbuhkan
kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan dikaitkan dengan
spontanitas. Misalnya anak dapat mengungkapkan pengalamannya yang berkaitan menanam
tanaman, pergi ke kebun, dll.
·
Diberikan
alternatif pikiran dalam mengungkapkan isi hatinya. Apabila anak sulit untuk
mengungkapkan pikirannnya dengan kata-kata bisa dilakukan melalui tulisan atau
gambar.
·
Komunikasi
guru dengan
anak akrab dan menyenangkan
·
Guru
bersikap normatif, model, contoh pengguna bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Secara
rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan
bahasa, yaitu sebagai berikut:
1.
Kecerdasan, Anak yang memiliki
kecerdasan tinggi, belajar berbicaranya lebih cepat dan memperlihatkan
penguasaan bahasa yang lebih unggul.
2.
Kesehatan, Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara
ketimbang anak yang tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadi
anggota kelompok social.
3.
Keadaan Sosial Ekonomi, Anak dari kelompok yang keadaan social
ekonominya tinggi akan lebih mudah belajar berbicara, mengungkapkan dirinya
lebih baik. Penyebab
utamanya adalah bahwa anak dari kelompok lebih tinggi lebih banyak didorong
untuk lebih berbicara dan lebih banyak dibimbing utnuk melakukannya.
4.
Jenis Kelamin, Anak
laki-laki tertinggal dalam belajar berbicara. Pada setiap jenjang umur, kalimat
anak lelaki lebih pendek dan kurang betul tata bahasanya, kosakata yang
diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya kurang tepat ketimbang anak
perempuan.
5.
Keinginan berkomunikasi, Semakin kuat keinginan utnuk berkomunikasi
dengan orang lain, semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara, dan
semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan utnuk belajar.
6.
Dorongan / Motivasi, Semakin banyak anak di dorong untuk berbicara
dengan mengajaknya bicara, dan didorong menanggapinya, akan semakin unggul
mereka dalam berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya.
Langkah – langkah pembelajaran
pengembangan bahasa anak melalui tekhnik atau metode pengucapan syair. Materi bersyair dibuat oleh guru sendiri setelah
sebelumnya menganalisa kebutuhan anak akan pembelajaran bersyair. Materi dapat
mengambil tema yang ada disekitar anak dan familiar dengan kehidupan
sehari-hari anak, misal: syair tentang tanaman, makanan, anggota keluarga,
lingkungan sekolah, tanah air, dan lain sebagainya.
Dalam mengajarkan anak bersyair
agar tidak hanya menghafal dengan cara menirukan guru saja, maka inovasi
pembelajaran bersyair dapat digunakan dengan kegiatan bernyanyi dan
berdeklamasi yakni menyajikan sajak lewat nyanyian yang disertai gerak dan
mimik yang baik. Langkah-langkah pembelajarannya
sebagai berikut:
1.
Pendidik menyiapkan syair yang sesuai dengan tema,
tema “tanaman”
2.
Pendidik
bercerita tentang tema yang sudah dipilih dan bercerita apa itu syair.
3.
Syair yang sudah dibuat, digabungkan dengan nada
nyanyian anak-anak seperti lagu balonku, pelangi, dan lain-lain, agar
memudahkan anak dalam menghafal nada.
4.
Pendidik mengajak peserta didik membuat syair bersama
yang sudah dicocokkan dengan lagu.
5.
Pendidik mempraktekkan kegiatan bersyair/pengucapan
syair sesuai irama yang disertai gerak dan mimik yang sesuai dengan syair.
6.
Pendidik
mengajak anak bersyair bait demi bait sesuai irama yang disertai gerak
dan mimik yang sesuai dengan syair.
7.
Pendidik melatih anak bersyair bait demi bait sesuai irama yang disertai gerak dan
mimik yang sesuai dengan syair.
8.
Pendidik memberikan kesempatan kepada anak, siapa yang
ingin mencoba bersyair sendiri didepan kelas.
9.
Anak mencoba sendiri tanpa bimingan guru dengan
mengikuti irama, gerak, dan
mimik yang sesuai dengan syair.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar