Jumat, 26 Oktober 2018

PENTINGNYA KREATIVITAS BAGI GURU DAN ANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


“PENTINGNYA KREATIVITAS BAGI GURU DAN ANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI”


Pendidikan adalah aktivitas atau upaya yang sadar dan terencana, dirancang untuk membantu seseorang mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, baik yang bersifat manual maupun mental sosial. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, butir 14 menyatakan bahwa Pendidikan anak usia dini adalah “suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan anak usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Tujuan kegiatan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak usia dini sebagai persiapan untuk kelangsungan hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pendidikan anak usia dini lebih dititik beratkan kepada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan seluruh kecerdasan.
Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan memiliki potensi kecerdasan masing-masing. Bekal kecerdasan dan kreativitas itu akan muncul menjadi bakat jika diasah dan distimulasi dengan baik. Kreativitas adalah segala kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Untuk menjadi kreatif, kita dapat memulai kreativitas dengan tindakan ATM (Amati Tiru dan Modifikasi) itulah yang menjadi pembeda. Ciri-ciri anak yang menunjukkan kemampuan dalam berpikir kreatif dapat dilihat saat anak menunjukkan : kelancaran berpikir (fluency), keluwesan berpikir (flexibility), keaslian berpikir (originality), memerinci (elaborasi).
Pendidikan pada saat anak usia dini menjadi suatu pondasi yang kuat bagi tahap perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu anak usia dini harus diberikan stimulasi yang tepat dalam pengembangan kreativitas mereka sesuai dengan tahap perkembangan dan gaya belajar masing-masing. Anak-anak kreatif ini ditandai dengan imajinatif, rasa ingin tahu yang besar, humoris dan penuh energi, dan cenderung memiliki keasyikan dalam aktivitas. Melalui kreativitas anak diajak untuk berpikir kritis tentu saja dengan cara yang sederhana namun akan menjadi suatu pondasi sikap, perilaku dan cara berpikirnya kelak.
Oleh karena itu, kreativitas perlu dikembangkan sejak dini karena pada saat itu anak mengalami lonjakan pesat terhadap struktur otaknya. Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan, semua aspek perkembangan ini biasa disebut sebagai masa kritis. Anak dianggap seperti spon yang siap menyerap apapun termasuk tingkah laku gurunya. Anak usia dini mempunyai bentuk-bentuk perilaku yang khusus sebagai tanda awal dari kreativitas dan guru harus mempunyai ketrampilan dan memotivasinya. Selain itu, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreativitas, berupa ide-ide baru, dan teknologi baru. Untuk mencapai hal itu perlulah sikap, pemikiran, dan perilaku kreativitas dipupuk sejak dini.
Kreativitas yang merupakan tingkatan tertinggi dalam proses berpikir seseorang. Kreativitas dimiliki oleh setiap orang meskipun dalam derajat dan bentuk yang berbeda. Tumbuh dan berkembangnya kreativitas dipengaruhi pula oleh banyak faktor terutama adalah karakter yang kuat, kecerdasan yang cukup dan lingkungan kultural yang mendukung. Munandar menyebutkan bahwa perkembangan kreativitas dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
·         Faktor internal, merupakan faktor yang ada pada diri anak. Faktor ini meliputi keterbukaan, kemampuan untuk bermain, dan bereksplorasi dengan unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep-konsep, serta membentuk kombinasi-kombinasi baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
·         Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak. Faktor ini meliputi keamanan dan kebebasan psikologi, sarana atau fasilitas terhadap pandangan dan minat yang berbeda, adanya penghargaan bagi anak kreatif, adanya waktu bebas yang cukup dan kesempatan untuk menyendiri, dorongan untuk melakukan berbagai eksperimen, dan mengembangkan fantasi kognisi dan inisiatif.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas adalah waktu, kesempatan menyendiri, dorongan atau motivasi, sarana, lingkungan yang mendukung, orang tua yang tidak posesif, cara mendidik anak, kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Selain itu potensi kreatif pada semua orang tergantung bagaimana cara mengembangkannya secara optimal agar tidak terhambat dan bisa berkembang dengan baik
Faktor penghambat kreativitas jika ditelusuri ternyata ada tiga penyebabnya, yaitu :
1.      Diri sendiri, faktor ini menjadi pemeran utama dari terhambatnya sebuah kreativitas yang jika dirincikan berasal dari faktor, psikologis (mental yang malas, tidak mau mengambil resiko), biologis (meyakini bahwa kreativitas muncul karena keturunan), fisiologis (mengalami kendala karena kerusakan dalam sistem syaraf, mengalami kecacatan tubuh), sosiologis (lingkungan menganggap bahwa anak kreatif itu nakal).
2.      Di rumah, rumah adalah tempat pertama dikenal anak sejak lahir namun tempat ini pula sering menjadi faktor utama kendala anak. Antara lain, pola asuh (pola asuh otoriter menjadi penghambat karena anak hanya patuh kepada orangtua), pembatasan eksplorasi dan khayalan (orangtua menganggap hanya buang-buang waktu dan tidak bermanfaat), jadwal kegiatan yang padat (terjadi di orang tua yang mempunyai ambisi diprestasi akademik), sikap posesif dari orangtua (anak tidak mendapatkan kebebasannya untuk bermain sesuai dengan cara mereka).
3.      Sistem pendidikan, anak kreatif merasa tidak senang disekolah mereka terbelunggu, kurang tantangan, dan membosankan. Hal-hal yang menghambat kreativitas anak yaitu, sikap guru (apabila guru terlalu mengontrol atau harus mengerjakan pekerjaannya selalu dengan bimbingan guru karena lebih mengutamakan hasil pekerjaan anak daripada proses), penekanan pada prestasi akademik (guru lebih dominan mengasah otak kiri seperti membaca, menulis dan berhitung dan tidak mengasah otak kanan), kegalalan (sikap guru yang takut terhadap kegagalan siswanya), evaluasi (biarkan anak bebas menyalurkan, mengeksplorasi kreativitas anak), lingkungan yang membatasi.
Pendidikan, pada hakikatnya, memiliki tujuan yang hakiki yakni humanisasi. Pendidikan memiliki makna dasar, memanusiakan manusia. Yakni mengembalikan manusia menjadi cerdas dan kreatif guna menjangkau perkembangan hidup yang penuh nilai-nilai kemanusiaan. Keberhasilan pendidikan tentunya tak lepas dari peranan guru. Guru anak usia dini selayaknya menjadi guru yang super. Kehadiran guru akan selalu dirindukan, dan menjadi contoh atau idola bagi anak. Sebagai guru anak usia dini harus kreatif karena pada masa itu menunjukkan masa peka dalam belajar anak yang dimulai dari anak dalam kandungan sampai 1000 hari pertama kehidupannya. Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik perlu memberikan stimulasi yang tepat dalam mengembangkan kreativitas anak. Guru harus mampu dengan baik untuk mengkreasikan potensi-potensi pendukung agar tercipta suasana belajar yang mampu mendorong proses kreativitas anak. Potensi itu berupa kelas yang dinamis, peralatan dan media yang tersedia, minat anak dan strategi guru dalam mengajar yang bervariasi.
Guru bagi anak usia dini agar dapat mendorong proses kreativitas anak, seharusnya guru: Menjadi guru yang kreatif (mustahil menjadi guru yang kreatif apabila dirinya sendiri tidak kreatif. Apabila guru tidak kreatif maka dia tidak pernah mengalami tahap berpikir kreatif dan mustahil pula dapat memahami kreativitas anak yang sangat spesifik), Belajar menjadi anak kembali (mampu memahami dunia anak karena anak hidup, berperilaku, berpikir dan berkreasi dengan cara mereka), Membangun kepercayaan (guru bersikap sebagai fasilitator yang mendukung dan memberikan kepercayaan kepada anak agar anak mampu melakukan), Orang yang peduli (guru yang kreatif ternyata salah satunya ditunjukkan dengan sikap antusias dan peduli), Komunikatif (guru yang kreatif menciptakan komunikasi dengan cara-cara yang baru dan tidak bernilai konvensional), Menciptakan suasana kelas yang santai dan saling menghargai (suasana ini dapat membuat anak tidak takut untuk mengambil resiko atau berbuat salah), Lingkungan bermain yang kreatif (lingkungan sangat penting dalam perkembangan kreativitas anak, dan hanya guru kreatif yang mampu menciptakan itu semua), Menghargai nilai kreativitas (nilai kreativitas anak terletak pada proses kreativitas bukan pada hasil kreativitas), Berpikir kooperatif dan interaktif ( pembelajaran dirancang sangat kooperatif dan interaktif dengan siswanya), Mempunyai banyak strategi mengajarkan kreativitas (pemilihan strategi yang tepat dalam mengembangkan kreativitas akan mempercepat perkembangan kreativitas anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar