Jumat, 26 April 2019

“Pengembangan Kreativitas dengan tekhnik bahan kertas (kokoru)”







Kreativitas ialah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menghasilkan suatu ide atau produk yang baru yang memiliki nilai kegunaan, dimana hasil dari ide atau produk tersebut diperoleh melalui proses kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman, tetapi mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya.
Kreativitas menjadi penentu perkembangan peradaban manusia. Kreativitas merupakan tingkatan tertinggi dalam proses berpikir manusia. Demikian halnya dengan anak usia dini, dalam pendidikan anak usia dini kreativitas sangat penting untuk dikembangkan. Pendidikan pada saat anak usia dini menjadi suatu pondasi yang kuat bagi tahap perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu anak usia dini harus diberikan stimulasi yang tepat dalam mengembangkan kreativitas mereka sesuai dengan tahap perkembangan dan gaya belajar masing-masing. Melalui kreativitas anak diajak untuk berpikir kritis tentu saja dengan cara yang sederhana namun akan menjadi suatu pondasi sikap, perilaku dan cara berpikirnya kelak. Berbagai teori yang digunakan sebagai pendekatan dalam proses kreativitas pada anak usia dini diharapkan akan dapat membantu proses kreatif agar terlaksana lebih optimal. Teori pengembangan kreativitas anak usia dini:
a.      Teori Psikoanalisis
Sigmund Freud merupakan orang yang pertama kali membicarakan tentang kreativitas (Jamaris, 2010). Sigmund percaya bahwa kreativitas merupakan hasil dari konflik bawah sadar antara dorongan seksual (libido) id dan pengaruh hati nurani sosial (superego). Dia juga menyarankan bahwa bermain bebas dan regresi anak kecil merupakan aktivitas kreatif. Dipercayai bahwa konflik dan kesulitan dapat memberikan motivasi untuk berbuat kreatif.
b.      Teori Gestalt
      Teori Gestalt dalam kreativitas mengemukakan bahwa kreativitas merupakan suatu kemampuan mental yang dalam pemecahan masalah mempunyai fase pemecahan masalah sebagai berikut(Rebecca & Raines, 2007):
a)      Fase Persiapan/preparing, Fase pengumpulan informasi yang berkenaan dengan masalah yang akan dipecahkan.
b)     Fase Pematangan/incubation.,Fase ini adalah fase saat individu berusaha memahami informasi-informasi yang telah berhasil dikumpulkan untuk memecahkan masalah.
c)      Fase Penemuan ide/illumination,Saat individu menemukan solusi dari masalah yang dihadapi inilah disebut fase penemuan ide.
d)     Fase Verifikasi/verivication, Fase ini adalah fase saat individu mencocokkan apakah pemecahan masalah yang telah dilakukan sudah sesuai dengan hasil yang diharapkan.
c.       Teori Konstruktivistik
      Konstruktivistik merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman atau dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.

            Dalam pendidikan AUD harus berorientasi pada perkembangan anak, dan harus secara menyeluruh untuk mengembangkan potensi anak dengan menstimulasi semua aspek perkembangan anak seperti (Nilai Agama & Moral, Sosial Emosional, Fisik Motorik, Kognitif, Bahasa, Seni). Salah satu contoh meningkatkan kreativitas anak adalah menggunakan media bahan kertas misalnya kokoru. Kokoru adalah singkatan dari Colour Corrugated Paper artinya kertas berwarna yang bergelombang atau kertas bergelombang warna. Kokoru itu kertas kardus yang bergelombang yang memiliki warna sangat menarik. Kokoru digunakan untuk membantu proses tumbuh kembang anak dengan merangsang motorik dan otak kanan mereka, sehingga kreativitas anak-anak yang menggunakannya ikut terstimulus. Kerajinan kokoru masih berhubungan dengan seni melipat kertas hanya saja ada penambahan pada seni menggunting. Kokoru lebih banyak proses menggulung, menggunting dan menempel.
Pengembangan kreatifitas melalui tekhnik bahan kertas kokoru ini memiliki banyak sekali manfaat, terutama bagi aspek perkembangan anak usia dini. Berikut perincian manfaat kegiatan ini bagi aspek perkembangan anak :
·         Mengembangkan NAM, Melalui permaianan ini anak dibiasakan melakukan kegiatan bermanfaat, dan diajak bersikap religius seperti berdoa sebelum dan setelah melakukan kegiatan.
·         Mengembangkan sosial emosional dan kemandirian, Melalui permaianan ini anak dapat bermain bersama teman sambil berkarya. Dan juga melatih bertanggung jawab, menghargai hasil karya, baik karya sendiri maupun karya orang lain.
·         Mengembangkan kognitif, Memalui permaianan ini anak akan berfikir dan berimajinasi tentang  apa yang bisa dia bentuk dari kertas kokoru tersebut.
·         Mengembangkan bahasa, Melalui permaianan ini pendidik dan peserta didik dapat melakukan komunikasi tentang apa yang akan dibuat anak, dan anak menceritakan hasil karyanya kepada guru dan teman-teman.
·         Mengembangkan fisik motorik dan seni. Melalui permainan ini jari-jemari anak akan bekerja. Mereka aktif menggerakkan jari-jarinya dalam menggulung kertas kokorunya dan membentuk miniatur yang dia inginkan. Kegiatan ini  dapat membantu keterampilan motorik halus anak yang memang sedang berkembang sekaligus mengembangkan seni pada diri anak melalui bentuk yang indah-indah.

      Setiap aspek perkembangan yang dilalui anak pasti memiliki faktor yang dapat mengembangkan kreativitas anak. Kreativitas anak dapat meningkat jika hal-hal dibawah ini diberikan sedini mungkin. (Elizabeth, 2013) yaitu:
·         Waktu, Anak akan menjadi lebih kreatif apabila anak mendapatkan waktunya untuk bermain, bereksplorasi, bereksperimen dengan bebas.
·         Kesempatan menyendiri, Anak memerlukan kesempatan menyendiri untuk mengembangkan imajinasinya.
·         Dorongan/motivasi, Dorongan atau motivasi merupakan “bahan bakar” penghasil kreativitas bagi anak.
·         Sarana, sarana untuk bermain yang memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan berkreasi.
·         Lingkungan yang dapat merangsang kreativitas anak.
·         Orang tua yang tidak posesif. Orang tua yang tidak terlalu posesif terhadap anak, mendorong anak untuk mandiri dan percaya diri, dua kualitas yang sangat mendukung kreativitas.
·         Cara mendidik anak, mendidik anak secara demokratis di rumah dan sekolah dapat meningkatkan kreativitas.

      Guru memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan anak selama memberikan stimulasi yang sesuai dengan karakteristik anak. Semua anak pada dasarnya kreatif, tergantung usaha yang dilakukan orang dewasa sekitar anak dalam menciptakan lingkungan yang membuat kreativitas salah satu faktor penting dalam usaha menumbuh-kembangkan kreativitas anak usia dini. Sebagai guru seharusnya selalu menghargai pertanyaan, ide, dan imajinasi anak. Apabila anak merasa dihargai ia akan merasa percaya diri sehingga mereka dapat mewujudkan idenya untuk menghasilkan sebuah kreativitas. Kesimpulannya yaitu guru menjadi salah satu faktor memiliki peran besar dalam upaya mengembangkan potensi dan kreativitas anak.
      Sebagai guru atau pendidik yang kreatif hendaklah membuat langkah-langkah pembelajaran sebelum melaksanakan program pembelajaran. Agar, proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Adapun langkah-langkah pengembangan kreativitas dengan tekhnik bahan kertas (kokoru):
·         Sediakan kertas kokoru dalam berbagai warna, lem, gunting, dll.
·         Sediakan gambar-gambar kokoru yang menarik sesuai dengan tema yang diambill pada hari itu. Misalnya, tema tanaman jadi pendidik menyiapkan gambar tanaman, buah yang sudah dihias dengan kokoru.
·         Bagilah peserta didik menjadi beberapa kelompok dengan anggota 3-4 orang agar mempermudah anak dalam mengerjakan kreatifitas dan melatih kerjasama anak.
·         Bagikan kertas kokoru kesetiap kelompok.
·         Berilah perintah kepada peserta didik untuk membuat karya sesuai dengan keinginan atau imajinasi anak.
·         Gulung, gunting, dan tempel kokoru hingga menjadi bentuk yang diinginkan.
·         Hasil karya anak akan terlihat lebih indah dan menarik.
·         Berilah tugas kepada anak untuk menceritakan hasil karya yang dibuat.

“Alat Permainan Edukatif “Metode Bercerita dengan Boneka Tangan” untuk Media Kecerdasan Linguistik/Bahasa"



Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah perantara atau pengantar. Media pembelajaran adalah sumber-sumber belajar selain guru inilah yang disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan atau diciptakan secara terencana oleh pendidik. Media pembelajaran merupakan gabungan dari dua suku kata “media” dan “pembelajaran”. Istilah “media” berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak  “medium”  yang secara harfiah berarti  perantara atau pengantar.  Dari pengertian ini dapat dijelaskan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. maka media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, sebuah alat yang berfungsi untuk  menyampaikan pesan pembelajaran yang meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar yakni peserta didik.
Menurut Gagne , media pembelajaran adalah komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media pembelajaran menurut Y.Miarso adalah segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa. Dapat disimpulkan, bahwa media pembelajaran merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong tejadinya proses belajar pada diri anak.
Peran media dalam pembelajaran khususnya dalam pendidikan anak usia dini semakin penting mengingat perkembangan anak pada saat itu berada pada masa berfikir konkrit. Dalam pemilihan media pembelajaran perlu memperhatikan kecenderungan belajar dan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak. kecerdasan anak menurut howard gardner ada 8, salah satunya yakni kecerdasan linguistic atau bahasa. Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata, yaitu kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, ritme, dan intonasi dari kata yang diucapkan. Kecerdasan verbal linguistik/ bahasa sangat dibutuhkan oleh semua orang termasuk anak-anak, karena itu kita semua suka bicara. Kecerdasan ini juga merupakan faktor pendukung keberhasilan anak dalam prestasi belajarnya. Kecerdasan verbal linguistik dapat merangsang minat baca tulis, perbendaharaan kata, dan perkembangan bahasa anak. Bahasa merupakan sarana yang efektif untuk menjalin komunikasi sosial. Sebagai alat yang sangat penting, bahasa memiliki fungsi yang signifikan bagi manusia. Paling tidak, ada dua fungsi bahasa. Pertama, bahasa sebagai sarana dan pembangkit dan pembangun hubungan yang memperluas pikiran seseorang sehingga kehidupan mentalnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari mental kehidupan kelompok. Kedua, bahasa sebagai sarana yang mempengaruhi kepribadian.
Ada banyak cara untuk mengembangkan kecerdasan linguistic atau bahasa pada anak, salah satunya yakni dengan menggunakan metode bercerita dengan boneka  tangan, karena metode ini bisa mengajak anak untuk ikut serta dalam kegiatan dan tidak akan monoton ataupun membosankan bagi, dapat mengembangkan bahasa dan melatih kemampuan anak dalam berbicara. Menurut Risnayanti (2009:12), bahwa media boneka tangan adalah boneka yang digunakan dalam jenis kegiatan pendidikan bahasa yang tidak begitu mudah pelaksanaannya karena memerlukan keterampilan tertentu dari guru”. Ekasriadi (2005:98) mengatakan, bahwa pengertian boneka tangan adalah bentuk tiruan dari manusia dan binatang.
Penggunaan bercerita sebagai salah satu strategi pembelajaran haruslah memperhatikan hal-hal berikut: 1) isi cerita harus terkait dengan dunia kehidupan anak. 2) kegiatan bercerita diusahakab dapat memberikanperasaan gembira, lucu, dan mengasyikkan sesuai dengan dunia anak. 3) kegiatan bercerita bersifat unik dan menarik. 4) hendaknya guru/ pencerita hafal isi cerita, 5) latihlah suara agar dapat memiliki beragam karakter suara yang dibutuhkan dalam bercerita. Misal suara anak-anak, suara nenek-nenek, suara ibu-ibu, suara binatang dan lain-lain, 6) gunakan boneka yang menarik dan sesuai dengan dunia anak serta mudah dimainkan oleh guru maupun anak-anak, 7) boneka yang digunakan bisa lebih dari satu, dengan jumlah maksimal 8 buah dengan bentuk yang berlainan agar siswa tidak kesulitan menghafal tokoh cerita, 8) Apabila menggunakan dua boneka maka percakapan atau alur cerita dilakukan oleh kedua boneka tersebut yang disuarakan oleh guru dengan karakter suara yang berbeda. Anak menyimak percakapan dan jalan cerita yang disajikan dan 9) penggunaan lebih dari dua boneka maka percakapan atau alur cerita dilakukan oleh kedua boneka tersebut yang disuarakan oleh guru atau orang tua dengan karakter suara yang berbeda. Agar jalan cerita terdengar indah, dipermanis dengan alunan musik.
Penggunaan boneka tangan dalam kegiatan pembelajaran bahwa setiap anak memperoleh pengalaman baru untuk meningkatkan kemampuan dalam keterampilan berbicara. Dalam hal ini, anak belajar mengenai lingkungan dan menyerap pengetahuan melalui apa yang dilihat dan didengar. Indera penglihatan dan pendengaran merupakan kunci utama masuknya ilmu pengetahuan kedalam diri anak, dengan penglihatan dan pendengaran anak mampu menceritakan isi dari cerita yang disampaikan oleh guru. Aspek yang dikembangkan dalam metode bercerita menggunakan boneka tangan adalah aspek motorik halus. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih, lebih spesifik menggunakan koordinasi mata dan tangan.
Factor yang dapat mempengaruhi pengembangan media pembelajaran untuk AUD :
1)         Mudah, artinya mudah dibuat dan mudah untuk mendapatkan alat dan bahan.
2)         Murah, biaya yang digunakan untuk membeli bahan harus terjangkau, jika bisa menggunakan bahan bekas
3)         Menarik, artinya mampu merangsang seluruh aspek perkembangan anak baik dari sisi bentuk, warna maupun dari sisi yang lain.
4)         Mendorong, mampu mendorong anak untuk bersikap atau berbuat sesuatu yang positif. Baik dari diri sendiri maupun dari lingkungan anak.
5)         Manfaat, artinya media yang digunakan mengandung manfaat untuk anak.

      Sebagai guru atau pendidik yang kreatif hendaklah membuat langkah-langkah pembelajaran sebelum melaksanakan program pembelajaran. Agar, proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Adapun langkah-langkah pembelajaran APE metode bercerita dengan menggunakan boneka tangan :
1.      Pendidik menyiapkan alat dan bahan yakni boneka tangan yang akan digunakan untuk bercerita sesuai tema yang diambil pada hari itu. Misalnya, tema tanaman.
2.      Pendidik menyampaikan tujuan dan tema cerita
3.      Peserta didik memperhatikan guru yang sedang menunjukkan dan menyebutkan tokoh-tokoh boneka tangan.
4.      Pendidik menyebutkan judul cerita
5.      Anak mendengarkan pendidik bercerita dengan melaksanakan dialog dengan suara yang berbeda sesuai karakter tokoh boneka. Sambil bercerita pendidik menggerakkan boneka tangan secara bergantian sesuai isi cerita.
6.      Pendidik melakukan tanya jawab maksud dari cerita yang disampaikan bu guru.
7.      Anak diberi kesempatan untuk bercerita dengan boneka tangan sesuai imajinasi anak.
8.      Pendidik memberikan atau menambahkan kesimpulan isi cerita yang disampaikan.


“Pengembangan Bahasa dengan tekhnik Syair"



Pengertian Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini (AUD) adalah salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang diekspresikan melalui pemikiran anak dengan menggunakan kata-kata yang menandai meningkatnya kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya.Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, dapat digunakan untuk berfikir, mengekspresikan perasaan dan melalui bahasa dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain.
Bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan. Dengan adanya bahasa, satu individu dengan individu lain akan saling terhubungkan melalui proses berbahasa.Bromley (1992) menjelaskan bahwa bahasa adalah sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal.Pengembangan keterampilan berbahasa pada anak usia dini mencakup empat aspek, yaitu: berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang bersifat produktif karena anak dituntut untuk menghasilkan bahasa. Sebaliknya, keterampilan menyimak dan membaca bersifat reseptif karena anak lebih banyak menyerap bahasa yang dihasilkan oleh orang lain.
Teori yang mempengaruhi pengembangan bahasa AUD, antara lain :
·           Teori Nativisme
Menurut teori nativisme, terdapat keterkaitan antara faktor biologis dan perkembangan bahasa. Pada saat lahir, anak telah memiliki seperangkat kemampuan berbahasa yang disebut ‘Tata Bahasa Umum” atau ‘Universal Grammar’.Teori ini menjelaskan bahwa tidak terdapat keterkaitan antara kemampuan intelegensi dan pengalaman pribadi anak. Meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak mendapatkan banyak rangsangan, anak akan tetap dapat mempelajarinya.Anak tidak sekedar meniru bahasa yang dia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada. Hal ini dkarenakan anak memiliki alat penguasaan bahasa (language acquisition device) dan mampu mendeteksi kategori bahasa tertentu.
·           Teori Behavioristik
Teori behavioristik lebih mengedepankan peran perlakukan lingkungan setelah anak dilahirkan. Ketika dilahirkan, anak tidak memiliki kemampuan apapun. Belajar bahasa harus dengan pengkondisian lingkungan, proses imitasi dan diberikan penguatan.Dengan demikian, pengkondisian lingkungan menjadi sebuah faktor yang sangat kritis karena lingkunganlah yang perlu memberikan pengaturan pada stimulus dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Jika stimulasi bahasa yang diberikan kepada anak baik maka konsekuensi atau hasil yang akan didapatkan oleh anak juga akan baik.
·           Teori Konstruktivisme
Berbeda dengan kedua teori sebelumnya, teori konstruktivisme memandang bahwa ketika anak memperlajari bahasa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya: peran aktif anak terhadap lingkungan, cara anak memproses suatu informasi, dan menyimpulkan struktur bahasa. Melalui proses interaksi dengan orang lain, maka pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang.
Pengembangan kemampuan berbahasa bagi Anak Usia Dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan di sekitar anak antara lain teman sebaya, teman bermain,orang dewasa, baik yang ada di sekolah, di rumah, maupun dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya. Kemampuan bahasa Anak Usia Dini diperoleh dan dipelajari anak secara alami untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga anak akan mampu bersosialisasi, berinteraksi dan merespon orang lain.
Anak belajar bahasa perlu menggunakan berbagai strategi misalnya dengan permainan-permainan yang bertujuan mengembangkan bahasa anak dan penggunaan media-media yang beragam yang mendukung pembelajaran bahasa. Pengembangan berbahasa pada AUD disekolah, lebih ditujukan pada (i) kesanggupan menyampaikan pikiran kepada orang lain, (ii) mengembangkan perbendaharaan kata, (iii) menangkap pembicaraan orang lain, dan (iv) keberanian untuk mengemukakan pendapat. Pengembangan bahasa ini agar dapat dilakukan dengan baik, dan tujuan dapat tercapai, maka guru hendaklah pandai memilih teknik pembelajaran yang relatif sesuai. Metode tersebut adalah salah satunya yakni mengucapkan syair. Mengucapkan syair adalah salah satu bentuk kegiatan belajar pada AUD yang lebih ditekankan pada pengembangan bahasa, khususnya pada upaya menumbuhkan kesiapan membaca dan keberanian tampil berbicara. Hal tersebut dapat dilakukan melalui kesadaran fonologis, yakni melalui kegiatan bernyanyi ataupun berdeklamasi. Kesadaran fonologis merupakan sensitivitas seseorang akan struktur bunyi dari kata-kata yang diucapkan dalam bahasa seseorang. Teknik pengembangan bahasa dengan metode menguapkan syair lebih mengaktifkan kreativitas anak dalam berpikir, bertindak, berasa, secara alamiah. Untuk itu, dalam pelaksanaan pembelajarannya hendaklah dipilih teknik yang tepat agar anak dapat mengembangkan bahasanya secara maksirnal.
Dalam mengembangkan bahasa Anak Usia Dini perlu memperhatikan prinsip sebagai berikut:
·           Sesuaikan dengan tema kegiatan dan lingkungan terdekat.Misalnya tentang tanaman dengan memperkenalkan berbagai buah, sayuran, dll.
·           Pembelajaran harus berorientasi pada kemampuan yang hendak dicapai sesuai potensi anak. Misalnya anak dapat menyebutkan buah kesukaan anak.
·           Tumbuhkan kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan dikaitkan dengan spontanitas. Misalnya anak dapat mengungkapkan pengalamannya yang berkaitan menanam tanaman, pergi ke kebun, dll.
·           Diberikan alternatif pikiran dalam mengungkapkan isi hatinya. Apabila anak sulit untuk mengungkapkan pikirannnya dengan kata-kata bisa dilakukan melalui tulisan atau gambar.
·           Komunikasi guru dengan anak akrab dan menyenangkan
·           Guru bersikap normatif, model, contoh pengguna bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu sebagai berikut:
1.         Kecerdasan, Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, belajar berbicaranya lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul.
2.         Kesehatan, Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadi anggota kelompok social.
3.         Keadaan Sosial Ekonomi, Anak dari kelompok yang keadaan social ekonominya tinggi akan lebih mudah belajar berbicara, mengungkapkan dirinya lebih baik. Penyebab utamanya adalah bahwa anak dari kelompok lebih tinggi lebih banyak didorong untuk lebih berbicara dan lebih banyak dibimbing utnuk melakukannya.
4.         Jenis Kelamin, Anak laki-laki tertinggal dalam belajar berbicara. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak lelaki lebih pendek dan kurang betul tata bahasanya, kosakata yang diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya kurang tepat ketimbang anak perempuan.
5.         Keinginan berkomunikasi, Semakin kuat keinginan utnuk berkomunikasi dengan orang lain, semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan utnuk belajar.
6.         Dorongan / Motivasi, Semakin banyak anak di dorong untuk berbicara dengan mengajaknya bicara, dan didorong menanggapinya, akan semakin unggul mereka dalam berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya.

Langkah – langkah pembelajaran pengembangan bahasa anak melalui tekhnik atau metode pengucapan syair. Materi bersyair dibuat oleh guru sendiri setelah sebelumnya menganalisa kebutuhan anak akan pembelajaran bersyair. Materi dapat mengambil tema yang ada disekitar anak dan familiar dengan kehidupan sehari-hari anak, misal: syair tentang tanaman, makanan, anggota keluarga, lingkungan sekolah, tanah air, dan lain sebagainya. 
Dalam mengajarkan anak bersyair agar tidak hanya menghafal dengan cara menirukan guru saja, maka inovasi pembelajaran bersyair dapat digunakan dengan kegiatan bernyanyi dan berdeklamasi yakni menyajikan sajak lewat nyanyian yang disertai gerak dan mimik yang baik. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
1.        Pendidik menyiapkan syair yang sesuai dengan tema, tema “tanaman”
2.        Pendidik bercerita tentang tema yang sudah dipilih dan bercerita apa itu syair.
3.        Syair yang sudah dibuat, digabungkan dengan nada nyanyian anak-anak seperti lagu balonku, pelangi, dan lain-lain, agar memudahkan anak dalam menghafal nada.
4.        Pendidik mengajak peserta didik membuat syair bersama yang sudah dicocokkan dengan lagu.
5.        Pendidik mempraktekkan kegiatan bersyair/pengucapan syair sesuai irama yang disertai gerak dan mimik yang sesuai dengan syair.
6.        Pendidik mengajak anak bersyair bait demi bait sesuai irama yang disertai gerak dan mimik yang sesuai dengan syair.
7.        Pendidik melatih anak bersyair bait demi bait sesuai irama yang disertai gerak dan mimik yang sesuai dengan syair.
8.        Pendidik memberikan kesempatan kepada anak, siapa yang ingin mencoba bersyair sendiri didepan kelas.
9.        Anak mencoba sendiri tanpa bimingan guru dengan mengikuti irama, gerak, dan mimik yang sesuai dengan syair.